Selamat dat ang di MI Al-Irsyad Madiun

Menjadi Guru yang Dirindukan Siswa


Istilah guru bisa diartikan digugu lan ditiru (dipercaya dan diteladani). Artinya, sosok guru sangat dipercaya oleh siswa dan segala perilaku guru dicontoh  anak didiknya. Dalam pengertian itu, sorang siswa selayaknya mematuhi apa yang dikatakan dan diperintah guru.
Kenyataanya, yang demikian itu tidak selalu terjadi. Kondisi siswa yang heterogen  sangat memungkinkan terjadinya suasana yang kurang bisa diharapkan.
Dalam satu kelas, ada beberapa tipe siswa. Ada, misalnya, tipe siswa yang sangatpatuh. Tipe siswa inilah yang sering diharapkan pendidi. Guru tidak akan dibuat pusing oleh siswa tipa ini, alangkah tertibnya kelas dan betapa membahagiakan kondisi seperti itun.
Namun, dalam kelas hampir selalu ada siswa tipe lain. Yakni, siswa tipe tidak patuh dan sulit diatur. Dengan kehadiran siswa tipa tersebut, tidak mudah bagi seorang guru untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang nyaman.
Keberadaaan dua tipa siswa yang bertolak belakang tersebut menciptakan perbedaan psikologis, khususnya kondisi emosi, guru terhadap siswa. Jika guru mengajar siswa tipe pertama, suasana hatu guru senang. Sebaliknya, jika akan mengajar kelompok siswa tipe kedua, guru akan merasa terbebani. Bahkan, tak jarang guru merasa berat hati mengajar kelompok siswa tipe tersebut.
Kondisi begitu ternyata mempengaruhi metode pembelajaran terhadap siswa. Guru cenderung memilih metode pembelajaran yang kurang sistematis. Sebab, guru berpikir percuma menerapkan metode pembelajaran yang tertuang dalam RPP. Akibatnya, penyampaian materi jadi maburadul dan tidak sistematis. Dampaknya, siswa tidak memperoleh pengalaman belajar sebagaimana yang diinginkan guru setelah proses mengajar.
Jika kondisi begitu dibiarkan, apalagi kalau sampai menjadi model pembelajaran si guru, bisa dipastikan siswa tidak akan belajar. Siswa akan bosan dan ujung-ujungnya tidak menyukai si guru dan pelajaran yang diajarkannya.
Padahal, bila siswa tidak menyukai pelajaran, sulit diharapkan, mereka berprestasi dalam pelajaran tersebut. Demikian pula, jika siswa tidak menyukai guru, jangan harap mereka berdisiplin saat si guru mengajar. Guru akan kian sulit mengelola kelas.Suasana kondusif untuk belajar akan kian sulit diciptakan.
kalau sudah begitu, tak jarang guru akan mengambil  jalan kekerasan. Bisa marah, memukul, membanting pintu, bahkan keluar dari kelas. Jika itu terjadi, bukan suasana kondusif yang muncul, tapi kebencian siswa terhadap guru kian menumpun. Doa buruk mungkin akan dilontarkan siswa terhadap gurunya dalam kondisi tersebut. Bahkan mungkin saja guru akan dikeroyok siswa, dilaporkan kke polisi, dan lain-lain.
Tentu, yang beritu tidak seharusnya terjadi. Pertanyaannya, bagaimana solusisinya ? Sebagai guru, kita harus siap menghadapai segala tipe siswa dalam kelompok siswa yang hiterogen. Kita harus menyadari bahwa siswa adalah individu yang unik. Siswa mungkin tidak mengerti apa yang harus mereka lakukan. Gurulah yang harus menciptakan kondisi agar siswa mengerti apa yang harus mereka lakukan. Di sinilah peranan penting pemilihan metode pembelajaran yang tepat.
Kian kreatif guru memilih metode pembelajaran tiap kali menyampaikan materi, kian kecil kemungkinan siswa bosan mengikuti pelajaran. Guru akan lebih mudah menciptakan suasana kondusif dan siswa akan lebih mudah dikondisikan. Pengelolaan kelas akan berjalan dengan baik. Dampaknya, siswa akan belajar setelah guru mengajar.
Jika hal itu sudah tercipta, kita akan lebih mudah menaklukkan siswa. Siswa akan merindukan kehadiran guru di kelas. Siswa akan haus materi pelajaran yang dibawakan si guru. Bisa dibayangkan, betapa indah saat kita berada diposisi guru yang dirindukan siswa.

Tidak ada komentar:

Selamat dat ang di Lembaga Pendidikan MI Al-Irsyad Madiun