Seorang anak dibawah lima tahun (balita) yang batu bisa merangkak sangat suka belajar. Semua benda yang menarik perhatian diraihnya, diamatinya dengan pancaindera. kemudian digerakkan ke sana kemari. setlah puas, dia beralih kepada benda lain. Perilaku balita tersebut menunjukkan bahwa anak sangat suka belajar.
Ketika di taman kanak-kanak (TK), anak juga menunjukkan sikap sangat suka belajar. Mereka mengeksplorasi berbagai alat dan bahan dengan mewarnai, melipat, menggunting, bernyanyi dan bermain musik. Ketika guru bertanya, "Siapa yang bisa menyanyi lagu ini ?" serentak semua belomba mengangkat tangan sambil berseru "Saya, Bu Guru !". Kegairahan belajar seperti ini biasanya masih berlanjut sampai dengan kelas-kelas awal di sekolah dasar (SD).
Namun, bila mengamati siswa SMP dan SMA, kita banyak menemui kasus siswa yang bisa dikatakan kehilangan gairah belajar. Sering kita dengar guru mengatakan. "Apa saja yang kamu perhatikan selama ini ?. Sampai berbusa-busa mulut bapak/ibu guru menerangkan, ternyata kamu tidak mengerti !"
Atau, sering kita dengar orang tua mengeluh, "Bagaimana ya, anak saya kok sangat lamban belajar. Padhal, saya sudah panggilkan guru les. Menurut tes IQ kecerdasannya cukup bagus. Apa yang salah pada anak saya ?". Bisa jadi, Anda pernah mengalami masalah serupa.
Di jelaskan oleh seorang penulis buku yaitu : Menjelaskan peranan pikiran bawah sadar dalam kegiatan belajar. Pikiran bawah sadar penting karena menyimpan berbagai memori, emosi, harga diri, serta kebiasaan yang bisa diakses kembali dan sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Jika seorang anak merasa bersemangat dan senang ketika belajar sesuatu, pengalaman itu direkam dalam pikiran bawah sadar. Perasaan positif tersebut ddapat diakses kembali. Pada kesempatan lain anak belajar hal yang sama, otomatis perasaan dari pengalaman sebelumnya dimunculkan kembali perasaan bersemangat (antusias).
Sebaliknya, perasaan tertekan (stres) yang diamalami anak saat menghadapi sesuatu termasuk menghadapi mata pelajaran akan muncul kembali dan diterjemahkan menjadi frustrasi, takut, dan waswas. Akibatnya, pikiran bawah sadar merekam pengalaman belajar sebagai proses penuh stres.
Seseorang mungkin punya kemauan sadar untuk belajar dengan baik, namun tak jarang pikiran bawah sadar mereka memprocuksi keraguan, ketakutan dan keengganan. Problemnya, kemauan kita yang berada pada pikiran sadar, hanya berkekuatan 12 persen. sedangkan memori emosi keengganan yang berada di alam bawah sadar berkekuatan 88 persen.
Karena itu, menciptakan pengalaman belajar yang mengasyikkan bagi anak merupakan sesuatu yang sangat vital. Kegiatan belajar hendaknya diawali dengan conditioning yang baik, sehingga membangkitkan perhatian, minat dan motivasi. Perlu diperhatikan, emosi berperan penting dalam proses belajar. Hasil belajar yang penuh tekanan dan bersuasana muram tidak mungkin mengungguli hasil belajar yang santai dan menarik hati.
Pemggunaan musik dan gambar juga tidak kalah penting. Musik bisa membantu membawa gelombang otak untuk lebih cepat menyerap materi pelajaran. Sementara itu, gambar diperlukan karena otak manusia lebih merupakan prosesor gambar atau imajinasi daripada prosesor kata-kata. Gambar konkret jauh lebih mudah ditangkap daripada abstraksi verbal.
Selanjutnya, perlu diciptakan kegiatan belajar yang bukan semata-mata aktivitas verbal. Kegiatan belajar harus juga melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indra, dan segenap aspek kejiwaan individu, yang tersembunyi. Dengan itu, kita akan melihat bahwa semua anak, bahkan semua orang sebenarnya suka belajar.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar